Merah muda yang membisu
Dalam bisuku
Terpendam suatu rasa
Yang perlahan menyelinap dalam qalbu
Jauh tanpa tahu di manakah dasarnya dan kapankah ia kan berhenti
Perasaan bagai bom atom
Siap meledak kapan saja
Menyenandungkan syair
Menyeret ke dunia khayal dalam ruang semu
Ia mengubah kemarau jadi semi
Membuat para peri memainkan harpanya
Berbisik pelan pada dua insan
Bisikan sejuta tipu daya
Untuk engkau calon imamku
Aku bersimpuh dalam kesunyian
Bermunajat padaNya
Sang Pemilik Cinta
Bukan aku melupakanmu
Karena bagaimanakah aku kan melupakan jika bayangmu setia menemani
Bukan aku membencimu
Karena hati ini terlalu lemah tuk membencimu
Aku tidak menghilang
Begitu pula cintaku
Cinta ini tak sirna meski hujan turun lebat di hatiku senja ini
Ia juga tak pudar meski deburan ombak menyapunya
Hanya saja cintaku padaNya
Pada Ia Sang Maha Cinta
Pada Ar Rahman
Lebih besar dari cintaku padamu
Ia yang selalu merengkuhku dalam kasihNya
Memelukku dalam kepedihan karena mencintaimu
Ia yang menghapus lukaku
Dan menggantinya dengan nikmat tak terkira
Aku memang masih mencintaimu
Mencintaimu dalam kesunyian
Seperti dulu, aku masih menemani langkahmu
Melalui doa lirih di atas hamparam sajadah dan di bawah gemerlap bintang
Mungkin ini perih
Ciptakan luka menganga di hatimu
Namun ini jalan terbaik
Walau ia terjal berbatu namun dibaliknya tersembunyi taman surgawi
Di sini aku berikhtiar
Mendekati Sang Pemilik Hati
Ditempa godaan hawa nafsu
Agar kelak menjadi permata indah
Permata indah teman hidupmu di masa depan
Yang kilaunya menyejukkan hatimu
Permata menawan yang melengkapi setengah agamamu
Membangun dunia menakjubkan di atas cinta suci nan halal
Janganlah kau risau akhi,
Sebab tulang rusukmu ini akan pulang
Pada waktu yang tepat
Dengan cara yang tak pernah kita duga
Terpendam suatu rasa
Yang perlahan menyelinap dalam qalbu
Jauh tanpa tahu di manakah dasarnya dan kapankah ia kan berhenti
Perasaan bagai bom atom
Siap meledak kapan saja
Menyenandungkan syair
Menyeret ke dunia khayal dalam ruang semu
Ia mengubah kemarau jadi semi
Membuat para peri memainkan harpanya
Berbisik pelan pada dua insan
Bisikan sejuta tipu daya
Untuk engkau calon imamku
Aku bersimpuh dalam kesunyian
Bermunajat padaNya
Sang Pemilik Cinta
Bukan aku melupakanmu
Karena bagaimanakah aku kan melupakan jika bayangmu setia menemani
Bukan aku membencimu
Karena hati ini terlalu lemah tuk membencimu
Aku tidak menghilang
Begitu pula cintaku
Cinta ini tak sirna meski hujan turun lebat di hatiku senja ini
Ia juga tak pudar meski deburan ombak menyapunya
Hanya saja cintaku padaNya
Pada Ia Sang Maha Cinta
Pada Ar Rahman
Lebih besar dari cintaku padamu
Ia yang selalu merengkuhku dalam kasihNya
Memelukku dalam kepedihan karena mencintaimu
Ia yang menghapus lukaku
Dan menggantinya dengan nikmat tak terkira
Aku memang masih mencintaimu
Mencintaimu dalam kesunyian
Seperti dulu, aku masih menemani langkahmu
Melalui doa lirih di atas hamparam sajadah dan di bawah gemerlap bintang
Mungkin ini perih
Ciptakan luka menganga di hatimu
Namun ini jalan terbaik
Walau ia terjal berbatu namun dibaliknya tersembunyi taman surgawi
Di sini aku berikhtiar
Mendekati Sang Pemilik Hati
Ditempa godaan hawa nafsu
Agar kelak menjadi permata indah
Permata indah teman hidupmu di masa depan
Yang kilaunya menyejukkan hatimu
Permata menawan yang melengkapi setengah agamamu
Membangun dunia menakjubkan di atas cinta suci nan halal
Janganlah kau risau akhi,
Sebab tulang rusukmu ini akan pulang
Pada waktu yang tepat
Dengan cara yang tak pernah kita duga
Komentar
Posting Komentar