Pemuda dan Pilihan

    Pemuda dalam kamus bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai orang muda, orang yang masih muda, dan orang harapan bangsa. Pemuda sebagai harapan bangsa tentulah harus memiliki api semangat yang terus membara untuk membangun dan memajukan bangsa yang diambang kebobrokan ini. Spirit suatu bangsa atau negara ada dalam genggaman pemuda. Jika pemudanya saja seperti zombi, hidup segan mati tak mau, maka akan jadi seperti apakah nasib bangsa ini?
    Berbicara mengenai membangun suatu bangsa mungkin terlalu luas bagi kita mahasiswa FKIP Biologi UNS 2016 yang masih baru baru ini menghirup atmosfer kampus. Okelah, kalau begitu mari kita berbicara mengenai membangun ruang lingkup sekitar kita, contohnya biosfer. Sebagai mahasiswa biologi yang sehari hari mondar mandir di sekitar gedung bercat ungu dan berkutat dengan pelajaran mengenai makhluk hidup, tentulah kita perlu mengenal lingkungan kita. Kita perlu bersosialisasi dengan manusia-manusia pejuang laporan praktikum yang lain. Perlu ikut bagian dalam suatu himpunan mahasiswa bernama Biosfer.     Mengapa? Ya karena kita adalah manusia dan manusia merupakan makhluk hidup yang homo homini socius, membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Kita tidak dapat hidup sendiri, bahkan saat kita sudah tutup usia pun kita tetap membutuhkan orang lain. Jadi, sosialisasi dengan masyarakat sekitar adalah suatu keharusan. Sosialisasi tersebut salah satunya dengan ikut berperan aktif dalam himpunan mahasiswa.
    Memang, tidak ada yang salah jika kita memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang). Toh menjadi mahasiswa kupu kupu juga tidak berdosa kok, itu kan pilihan. Namun, jika kita mempunyai suatu pilihan yang lebih baik dengan aktif berkontribusi untuk HMP Biosfer, mengapa tidak? Karena hidup ini adalah tentang pilihan dan jika kamu punya pilihan yang lebih baik adalah suatu kebodohan jika kamu pada akhirnya memilih pilihan yang lebih buruk.
    Jika kita menengok ke masa lalu mengenai sejarah pemuda-pemuda hebat, seharusnya kita malu jika kita di umur sekarang belum banyak berkontribusi untuk lingkungan. Tengoklah Muhammad Al-Fatih pemuda tampan penakluk konstantinopel atau yang dekat dengan kita, RA Kartini sosok pemudi berparas ayu yang dengan gigih berjuang membela persamaan derajat untuk kaumnya. Umur Al Fatih saat beliau naik tahta adalah 19 tahun, 21 tahun saat dirinya berhasil menaklukan konstantinopel. Umur RA Kartini saat memperjuangkan hak-hak bagi kaumnya pun masih terbilang muda. Lalu, jika mereka di umur yang tidak beda jauh dengan kita sudah mampu mengubah dunianya, lalu apa yang sudah kita lakukan untuk dunia kita? Untuk lingkungan kita? Ir Soekarno pernah berkata dalam salah satu pidatonya “berikan aku 1000 orang tua maka akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku satu pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” dengan begitu hebatnya sosok pemuda, akankah kita masih akan menyia-nyiakan waktu muda kita dengan hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu?  Tentukan pilihanmu, wahai mahasiswa.

Komentar

Postingan Populer