Kisah para peri (puisi untuk Pacifica, Smansa angkatan 65)



Mentari beranjak ke peraduan
Dan rembulan perlahan  naik ke cakrawala
Roda yang berputar pada jalanan beraspal
Suatu saat kan berhenti sepi
Permulaan tercipta karena ada akhir

Dan temu ada bersama dengan pisah

Tiga tahun yang lalu
Aku menatap gedung tua itu, asing
Jiwaku sebagian masih tertinggal di tempat asalku
Aku belum bisa mencintainya sepenuh hati kala itu
Perlahan aku mulai melangkahkan kakiku
Menapaki ubin tua yang memandangku heran
Tanganku pelan meraba tembok putih kusam
Terlintas pikir dalam otak
Di sini tersimpan memori
Dari siswa siswi yang datang bergilir

Sekolah ini adalah ibu
Dari merpati putih nan elok
Dari rajawali gagah yang terbang membumbung tinggi di langit nusantara
Gedung ini juga kelak akan melahirkanku
Entah sebagai singa raja rimba
Ataukah merak yang memekarkan bulu indahnya

Satu hari, dua hari aku mulai menikmati setiap sendi kehidupan Smansa
Satu kayuh, dua kayuh, jiwaku mulai melabuhkan kapalnya di dermaga Gladiool
Gedung usang yang dulu asing bagiku
Kini bermetamorfosa menjadi istana megah
Tempat para peri menghisap sari-sari ilmu
Dari bunga tua yang tegak berdiri
Tak peduli pada seberapa lama dia telah tumbuh
Tak peduli pada ribuan peri yang datang silih berganti
Menghisap sari-sari ilmu yang dihasilkannya dengan kerja keras
Hanya satu yang ia pedulikan, bahwa kelak para peri akan keluar dari istana ini dengan kesuksesan dan kebanggaan pada setiap kepakan sayapnya
Namun, istana ini tak hanya tentang  juang peri dan bunga-bunga tua
Tapi juga tentang pertemanan
Tentang kawan yang tak akan dijumpa di lain lahan
Tentang teman yang tak akan dilupa meski tegerus zaman

Istana ini juga tentang cinta
Dari muda-mudi yang dimabuk kasmaran
Muda-mudi yang tersenyum malu-malu dari sudut bangku yang membisu
Muda-mudi yang memendam rasa dari jiwa yang mendamba

Istana ini juga tentang jati diri
Tentang pengalaman organisasi yang bukan hanya sekadar sensasi
Tentang bakat yang terpahat
Dari setiap sibuk yang bertumpuk
Yang kadang menyita waktu bersama keluarga yang merindu

Detik terus bergulir dan jam terus berdentang
Tak sadar waktu kami telah habis
Aku, kamu, dan kita akan pergi
Tiada lagi kisah kami para peri 65 di Istana Gladiool
Hanya kepingan memori yang kami rajut di dinding yang mendingin
Berharap kelak jika kami kembali rajutan itu masih ada
dan kami bisa menyesapi setiap aroma yang disuguhkan
Dari rajutan memori kisah klasik kami

Komentar

Postingan Populer